Malam itu tepatnya hari sabtu ketika para muda-mudi yang lain asik menghabiskan malam minggu mereka bersama dengan pasangannya. Berbeda dengan saya yang menghabiskan sabtu malam yang panjang dengan bermain futsal bersama teman-teman (yaa walaupun sudah mempunyai pacar siih hehe). Saya biasa bermain futsal mulai dari jam 9 sampai dengan jam 10 malam. Selesai bermain futsal badan saya terasa lelah dan perut menjadi lapar akhirnya saya memutuskan untuk pulang dan mencari makan. Dan saya pilih untuk makan ketoprak di dekat rumah malam itu, sambil menunggu ketoprak saya dihidangkan saya berbincang-bincang dengan penjual ketoprak akhirnya saya mengetahui nama penjual ketoprak itu adalah Bejo. Mas Bejo berasal dari desa Buaran Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Dia biasa menjajakan jualannya mulai dari jam lima sore sampai tengah malam. Dari sudah berjualan ketoprak di daerah beji ini kurang lebih lima tahun akunya. Sebelum berjualan ketoprak mas Bejo pernah mencoba bekerja sebagai kuli bangunan tetapi dia tidak merasa nyaman dengan pekerjaannya itu karena selama bekerja menjadi kuli bangunan dia harus bekerja dari pagi hingga malam akhirnya dia memutuskan untuk berhenti menjadi kuli bangunan dan memutuskan untuk berjualan ketoprak.
Mas Bejo disini tinggal sendiri disebuah rumah kontrakan yang dia sewa dengan membayar Rp 300.000,- per bulannya. Dia sudah berkeluarga dan sudah memiliki dua orang anak, keluarganya tinggal dikampung. Mas Bejo biasa menjual ketopraknya dengan harga Rp 8000 sampai Rp 10000 jika ditambah telur. Menurutnya dalam persaingannya dengan penjual ketoprak yang lain dia tidak terlalu memikirkannya karena dia percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang terbatas. Untuk itu dia memfokuskan untuk selalu meningkatkan diri dan selalu konsisten dengan apa yang dia kerjakan sekarang sehingga dapat menafkahi keluarganya dikampung. Dari hasil berjualan ketoprak ini dia bisa mendapatkan untung sekitar Rp 3.000.000 sampai Rp 5.000.000 jika sedang rame-ramenya bahkan dia pernah mendapat untung cuma Rp 1.000.000 saja ketika sedang sepi-sepinya yaitu pada waktu orang-orang dan pelanggannya pulang kampung. Dari hasil yang didapat dari berjualan ketoprak ini dia mampu menafkahi keluarganya yang ada di kampung halaman. Ketika sedang asyik-asyiknya menyantap ketoprak mas Bejo berkata, “saya menikmati apa yang terjadi. Ketika sukses, saya bersyukur. Ketika
belum sukses, saya tetep bersyukur, dan belajar lagi sampai mendapat
rezeki besar,” tukas mas Bejo. ”Asyiknya adalah kebebasan, terserah
mau masuk jam berapa. Hehehe. Gak kayak karyawan yang diatur jam
kerjanya. Tapi ya dagang juga susahnya harus ngatur diri sendiri, bangun
pagi buat dagang, walupun gak ada yang harus nyuruh. Lebih susah ngatur
diri sendiri daripada ngatur orang lain menurut saya,” tambahnya.
Akhirnya selesai sudah saya menyantap habis ketoprak yang dihidangkan oleh mas Bejo dan berakhir pula perbincangan saya dengan dia. Dari perbincangan singkat dengan penjual ketoprak di dekat rumah, saya menyadari potret dari seorang entrepreneur kecil seperti mas Bejo ini setidaknya dapat membantu perekonomian Indonesia karena telah membuka lapangan pekerjaan walaupun saat ini pegawai mas Bejo masih satu orang. Jiwa entrepreneur setidaknya harus dimiliki oleh setiap orang agar memiliki alternatif pekerjaan dan meningkatkan daya saing kreativitas sumber daya manusia.